Minggu, 28 Juni 2009

Gamang

-cerita lanjutan "senja di pajekko"-

Di bawah sana, beberapa meter dari tempatnya duduk, dia bisa leluasa memandangi mobil-mobil beraneka rupa yang tengah lalu lalang. Dari mobil keluaran perusahaan kelas wahid di eropa yang bermesin diesel dengan harga selangit, macam Mercedes Benz, BMW, Audi, Alfa Romeo, Fiat, VW, Citroen, Opel, Peugeot, Renault, sampai Volvo, hingga metromini dan kopaja usang nan dekil jurusan Lebak Bulus-Pondok Indah-Blok M yang mengebulkan Carbon Monoksida berwarna hitam pekat. Laju motor-motor bebek, dari keluaran terbaru hingga keluaran jaman jebot yang saling silih menyalip menjadi pelengkap gambaran betapa menjengkelkannya suasana senja di Megapolitan ini.

Masih di sudut yang sama, perempatan kawasan elite Pondok Indah, kendaran yang tengah melaju tadi masih berkerumunan di ujung perempatan, menunggu hingga trafict ligth berganti warna dari merah ke hijau. Deru mesin dan asap kenalpot yang menjadi penyumbang hingga 60% ramuan polutan udara Jakarta, masih menghiasi senja yang terus bergulir.

Dia menarik ujung ekor matanya dari arah jam 10 ke arah angka 12 pas. Manusia-manusia budak rupiah tengah hilir mudik dengan langkah besar dan kecil tak constant. Para prianya sebagian masih berkemeja, berdasi dan bercelana bahan yang entah keluaran brand internasional atau bahkan produk Tanah Abang, sedangkan yang wanita dengan paduan fashion yang kekinian lengkap dengan gedget yang tengah digandrungi sejuta umat saat ini. Semua campur aduk senja ini. Arti ekspresi mereka susah ditebak. Ada yang memperlihatkan raut dingin dan kaku, seolah ada beban seberat gunung diubun-ubunnya, namun belum tentu arti ekspresi itu seperti yang terlihat. Ada pula yang tersenyum lebar sekali, seolah ingin mengatakan dia sedang bahagia, tapi siapa yang tahu jika mereka sebenarnya tengah terlilit utang, tak ada yang tahu. Di arah angka jam 3, seorang pria usia 29 tahun (setidaknya) tengah menyapa dan menawarkan pada orang-orang yang tengah lalu lalang untuk sekedar mampir ke kedai kopinya, menyeruput kopi arabika, capuchino, kopi luwak beserta cemilan-cemilan beraneka rasa sambil menikmati senja yang perlahan beranjak ke malam.

Tak terlalu lama Salu menikmati senja di sudut itu, dia beranjak ketika langit diluar sana semakin memudarkan warna lembayungnya. Tadi, beberapa menit lalu, dia duduk dikursi kayu itu untuk sekedar merenggangkan otot kakinya yang mulai terasa kaku, sembari berharap dengan duduk disana, melihat lukisan senja melalui kaca bening, hatinya akan sedikit lega, beban yang menghimpit dadanya bisa sedikit berkurang agar ada secuil rongga untuk dia bernafas. Ini bulan ke enam dia merasa terpuruk. terpuruk dalam sekali. Hingga kegamangan kerap datang menghujamnya dari segala penjuru.

Tadi, ketika dia duduk disana, angannya terdampar pada sosok ibunya. Ingin sekali saat itu dia memencet tuts-tuts handphonenya. bersua dan bercerita dengan ibunya di udara, menumpahkan segala rasa yang berkecamuk dasyat di dasar hatinya. tapi, itu hanya sekedar niatan. Dia adalah produk manusia Introvert, dia tidak ingin membuat ibunya luka lara karena memikirkan keadaan dirinya. ingin ditelan bulat-bulat segala masalah yang menghujamnya sendirian. Lagipula sejak dulu, ketika dia masih tinggal bersama orang tuanya, Salu bukanlah orang yang terbiasa menceritakan segala hal pada keluarganya, justru dia merasa bebas bercerita dengan teman-teman terdekatnya. "Masa kecilnya"-lah yang kemudian membentuk dia menjadi sosok seperti sekarang, terlihat kuat, tegar, dewasa namun kenyataanya dia tak lebih dari pohon rapuh yang siap tumbang ketika ada angin menerpa.

Ada apa dengan salu? bukakan masa kecilnya begitu bahagia ketika di pajekko? lalu kenapa sekarang dia terdampar di Jakarta? TO BE CONTINUE......

Sabtu, 27 Juni 2009

Mikaeel Jackson


Musisi besar itu telah berpulang keharibaan. Gue pernah menulis lelucon tentang musisi ini, so tulisangue berikut ini, gue dedikasikan untuknya.

selengkapnya dimari

Senin, 22 Juni 2009

Senja di Pajekko


Sore ini langit sudah tidak sepenuhnya biru. Birunya juga tidak lagi terang melainkan terus memudar mendekati abu-abu. Sore itu pun langit bertahktahkan warna kuning keemasan yang melebur dengan warna orange kemudian membiaskan guratan lembayung, dan berpendar di pucuk-pucuk hijaunya dedaunan padi yang membentang luas membentuk batas cakrawala nan elok. Diatas sana, beberapa depa dari permukaan tanah, berkibar-kibar layang-layang dari kertas minyak beraneka warna dan rupa dengan sebagain besarnya memiliki buntut-buntut panjang meliuk-liuk menari bersama angin yang semilir.

Bocah-bocah dengan badan setengah telanjang, hanya terbungkus celana pendek usang, berlari-lari riang nan riuh di pematang sawah yang lebarnya hanya cukup untuk seorang berjalan. Kerap mereka jatuh jumpalitan menerobos pohon-pohon padi yang masih muda, berbuah teriakan keras dari bapak mereka yang tengah duduk ngaso di dangau sambil selonjoran dan menghisap sebatang rokok kretek.

Lukisan hidup setiap senja dari Sang Maha Agung yang entah telah berlangsung sekian lama kian dipercantik bola besar berpijar sebesar tampa, berwarna gradasi kuning ke orange terang di batas cakrawala. Belum lagi suara riuh kepak sayap burung yang akan kembali ke sarangnya setelah seharian penuh ikut mengais rezeki dari padi-padi yang mulai menguning dibagian lain persawahan ini. Lalu suara cerewet bebek-bebek yang digiring oleh si empunya kembali ke kandang yang terletak dibelakang rumah panggung.

Salu, bocah laki-laki berusia tak lebih dari lima tahun, berperawakan kurus, berkulit cokelat gelap akibat terlalu sering terpanggang sinar matahari, rambut lebat nan kaku berwarna kemerahan, bukan karena dihigligth di salon melainkan efek dari keseringan berlarian di pematang sawah kala matahari tengah sengit memanggang bumi, berlari-lari kecil dibelakang pria paruh baya yang tengah memikul cangkul di pundaknya. Senyum khas anak-anak tergambar jelas disudut bibirnya, tanpa guratan keletihan walau telah seharian berkubang bersama lumpur sawah dan terpanggang sinar matahari karena bermain layang-layang dipematang sawah.
Salu terus menguntit dibelakang pria tua yang tak lain ada kakeknya, berpegangan pada pagar bambu ketika melewati jalan setapak yang becek akibat terguyur air hujan semalam. Kemudian mendahului kakeknya ketika belok kanan di ujung jalan setapak. Kembali berlari kecil menyeberangi jalan berbatu menuju rumah panggung, rumah keluarga besarnya tentu saja. Dia tak langsung menapaki anak-anak tangga, menuju lantai atas melainkan berbelok ke sumur tak jauh dari parit di depan rumahnya yang mengalirkan air bening dari DAM beberapa kilometer dari rumahnya berdiri. Bocah itu telah cekatan menimba air disumur, kemudian mengguyurkan air bening itu ke sekujur tubuhnya yang bersimbah lumpur.

Adzan magrib berkumandang dari Toa karatan di Mesjid kecil yang hanya satu-satunya di desa itu. Merdu suara Muadzin menyusup kerelung-relung hati semua warga di desa kecil itu. Memanggil dan mengajak setiap mereka untuk datang bertafakur dihadapan sang Khalik, mensyukuri segala nikmat hidup yang telah dicurahkan dari langit hari ini.

Salu berlari-lari kecil menuju mesjid. Tidak menggunakan stelan baju koko, melainkan hanya menggunakan kain sarung dengan baju kaos cokelat pudar ditambah kopiah hitam usang yang bertengger dikepalanya. Kaki-kaki mungilnya yang beralas sendal jepit kian dia percepat, mendahului perempuan-perempuan tua dan laki-laki tua, anak-anak kecil seusianya, dia ingin lebih dulu tiba di mesjid, dan berdiri di saf terdepan. Ketika dia sampai sudah banyak orang di dalam mesjid, melakukan shalat sunah dua raka'at setelah Adzan dan sebelum iqamat.

Salu berdiri diantara kakeknya dan amir sahabatnya. shalat magrib kali itu di imani oleh Pak Guru Besar, dipanggil demikian karena beliau adalah kepala sekolah di Madrasah Ibtidaiyah, satu-satunya Sekolah Dasar di kampung itu. Pak Guru Besar hampir setiap hari menjadi imam diwaktu-waktu shalat lima waktu di kampung itu, bukan hanya lantaran beliau Kepala Sekolah yang dihormati, melainkan bacaan Al Qurannya yang fasih, dan ketika beliau melafalkan ayat demi ayat, suaranya penuh harmoni. Terkadang tinggi melengking, kemudian lembut mendayu-dayu dan begitu cepat meresap dan menggedor-gedor relung jiwa yang mendengarnya.

Selesai menunaikan shalat magrib berjamaah, Salu ikut berebut bersama teman-teman seusianya dipojok mesjid. Memperebutkan Al- quran yang memang tak seberapa jumlahnya, sedangkan anak-anak yang ikut mengaji setelah shalat magrib bisa puluhan orang jumlahnya. Hingga tak jarang mereka harus bergantian membaca Alquran.
Hari itu, Amir membuka tadarus dengan alunan suaranya yang merdu. diusia yang terbilang muda, 9 tahun, namanya sudah kondang diseantero kabupaten Bone sebagai Saritilawah cilik berprestasi. Salu mungkin belum begitu lancar membaca Alquran, tapi dia selalu antusias ikut tadarus setelah shalat magrib berjamaah. terkadang dia hanya ikut menyimak ayat-ayat yang dibacakan temannya, atau membaca beberapa ayat seperti saat ini. Ayat-ayat Alquran terus mengalun mendayu-dayu harmonis, merayap bersama senja yang terus bergulir dan berganti malam. Diatas sana sudah pekat, kilau gugusan bintang-bintang berusia ratusan tahun cahaya berpendar-pendar ke bumi, semilir angin juga ikut membuai, memberikan ketenangan senja di Pajekko, perkampungan kecil di Kabupaten Bone.

Jumat, 19 Juni 2009

Depresi


Depresi.
Please help me!

sisanya tulis disini

Sabtu, 13 Juni 2009

Bicara Hati



Aku butuh seseorang untuk bicara, meluapkan segala keluh kesah, amarah, dan keputusasaan yang mebelengguku

aku butuh seseorang untuk dipeluk, agar aku bisa meredam segala gundah gulana yang membara dalam sekam kalbuku dalam dirinya.

Aku ingin dipeluk, agar bisa tumpah semua dan pecahkan sehalus serpihan semua sedih dan tangis yang telah berkerat dipelupuk mataku.

Aku butuh seseorang tuk hiburku, agar sirna semua beban berat yang tertumpuk menggunung dipundakku.

Aku ingin ada seseorang yang bisa meninabobokkanku, agar semua mimpi kelam disetiap tidurku bisa hilang terbawa bersama kenestapan

Aku ingin ada seseorang yang mau berdiri dan berjalan bersamaku, karena kini aku tak ubah sebatang pohon rapuh yang lapuk yang tak kuasa berdiri diatas kakiku sendiri.

Aku butuh seseorang itu, karena aku ingin kembali seperti aku yang dulu, yang hidup bersama ketegaran ku untuk menatang badai kehidupan

Kamis, 11 Juni 2009

3logy of curhat: To Be...


Gue: "Dieeee......"teriak gue dari luar dengan suara cempreng yang seketika itu terbawa angin dan membahana dilubang angin kamar De, teman se-Apartment gue.

De: "Iye, bentar! lagi pipis gue". Suaranya terdengar sayup, teredam oleh suara derasnya air yang mengucur dari kran air dikamar mandinya.

Beberapa menit kemudian.

De: Iz, kemana aja? seminggu ini tuh idung terong gak kelihatan." sambutnya dengan pertanyaan basa-basi, tapi tetap dengan binar mata bahagia, seolah sudah teramat lama tak bersua, padahal baru seminggu lalu kami tak bercengerama seperti biasanya.

Dan gue hanya cengegesan gak jelas, sambil nyelonong masuk ke dalam bilik berhawa sejuk yang berasal dari AC diatas jendela kamarnya.

gue: "Gue pikir loe balik ke Bandung."
De: "Nggak, gue baru dari Surabaya. Baru banget".
celotehnya sembari membenahi barang-barang bawaannya yang masih berserakan di atas permadani hijau lumutnya.
De: "Gue dikasih Blackberry." pekiknya semangat sembari memamerkan BB nya yang dibungkus skin berwarna merah tua, favoritenya.
"Cincin berlian juga." katanya memperlihatkan cincin silver bertakhtahkan berlian bening.
Gue: "Waduh!!!" Gue cuma bisa melongo dengan ekspresi alakadarnya. "Loe ke Surabaya buat ketemu dia?"
De: "Nggak, gue ada tugas kantor. cuma sekalian ketemu, itu juga cuma beberapa jam. Dia cuma nganterin gue ke airport dari hotel". De, wanita karier. posisinya sebagai Senior Marchendiser di sebuah broker fashion di kawasan Simatupang, membuatnya punya banyak kesempatan untuk melancong ke berbagai daerah untuk keperluan pekerjaan.

De: "Dia ngajak gue merit Iz."
Gue: "Lah?"
De: "Tapi gue binggung. kok yo jalan hidup gue gini banget yah."
raut wajahnya sedikit berubah gamang. "Loe kan tahu gue bukan tipe penggangu laki orang. Gue berusaha untuk idup lurus-lurus ajah. "Dulu, dia emang pernah bilang mau merit sama gue, jauh sebelum dia merit dan punya anak. Sekitar 4 tahun lalu."
Gue: "Terus kenapa ditolak?"
De: "Halah, secara ketemuannya di dunia Maya ajah gitu. Kalau laki-laki mengumbar kemesraan cuma di dunia maya, buat gue cuma ada dua penilaian. Kalau bukan Penjahat Kelamin yah laki-laki bajingan."
Gue: "Dia tipe loe?"

De: "Buat gue laki yang bisa jadi suami gue yah cuma ada 5. first: Smart, second:Bahasa inggrisnya gape, thirth: Mapan a.k.a punya pekerjaan dan penghasilan tetap, fourth: lebih tua dari gue secara usia dan kedewasaan, fiveth: BUKAN LAKI ORANG."
Gue: "Dan dia sudah memenuhi semua kriteria itu?"
De: "Kecuali predikat LAKI ORANG".
Gue: "Jangan-jangan modusnya cuma karena penasaraan aja sama loe kali."
kata gue berpendapat.
De: "Tapi dia emang gak pernah ngajak gue pacaran. Buat dia di umur sekian udah bukan saatnya pacaran ala ABG, dia mau kawinin gue. Gue binggung harus ngomong apa sama keluarga gue. Menurut loe gue harus ngapain?"
Gue: "De, loe harus cerita apa adanya sama bonyok loe, bagaimanapun mereka orang yang paling berhak tahu. forgeted-lah sama orang lain. Walaupun kenyataannya kita hidup lingkungan sosial. Emang banyak orang yang harus dijaga perasaannya, terutama istri, anak dan kedua keluarga laki itu. dan yang harus loe ingat juga apa loe siap dengan status yang "kedua" itu".
Gue: "Kemaren dia tanya kapan gue bisa ketemu sama Bonyok gue. menurut loe mendingan gue ngomong sendiri atau ngomong berdua dia?"

Gue: "Kalau dia tanya gitu, berarti dia memang bertanggung jawab. Karena ini bukan prihal remeh temeh, ini masalah kehidupan kalian kedepan. dan ini juga kesulitan yang harus dipecahkan berdua. menikah bukan perkara ijab kabul, lantas kelar ranjang. apalagi untuk kondisi seperti ini. i'm sure, you and him explain the truth to your parents".
De: "Tapi, jadi bini kedua itu loh yang buat gue gak konsen sama sekali".
Gue: "Inget kata-kata yang gue bilang dong. Kita ada di dunia ini bukan untuk mencintai seseorang yang sempurna, tapi untuk mencintai seseorang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna".

Sabtu, 06 Juni 2009

Shop wiki, All you need can you find here!


In a past, people must going to traditional market to find all of things they need, and use the cash money to pay, But Now, everything is easy to find. Shop wiki revoluzionist a traditional way to a modern way to find every thing you need, including payment way. Shop wiki is a kind of online shop be able to find by searching machine like google.


Shop wiki not just selling housewares and home maintenance products, but all of you can find every thing about Health and Beauty guide to help you make the best buying decision posible.

A considerable part from all of you needed some gadget like playstation and video game to having fun with your friends, your brother, or your little family you just need to find out in here. Or in your leeway, you need to repeteadly decoration of you're bedroom, maybe you just to find some thing in here.

If you ask, why we need shop wiki? it's because,The Internet is a big place with tons of information. When shopping, you need a powerful search engine to find all the available products and to ensure you’re getting the best deal. That’s where ShopWiki comes in. ShopWiki is the ultimate shopping search engine, combining powerful Web-crawling technology with wiki buying and gift guides. ShopWiki doesn’t sell any products and doesn’t charge retailers to include their products in your search results. That means you’re getting comprehensive results every time. Whether you’re just beginning to research a product or you know exactly what you want, ShopWiki should be your first stop when you’re ready to shop.

so what withing for?
let's visit Shop wiki and enjoying you're shoping time.

Selasa, 02 Juni 2009

Ketika Cinta Bertasbih


Review ini juga bisa tenggok di sini. di tunggu comentar2 centilnya disana, dan disini juga! Awas kalau nggak!!!!
Film KETIKA CINTA BERTASBIH yang diangkat dari novel mega best seller Asia Tenggara, buah karya tangan dingin Habiburahman El Shirazy akhirnya Premier tanggal 02 Juni 2009 di Djakarta Theater.

Mungkin gue satu-satunya orang yang tidak mengatasnamakan satu institusi pemberitaan manapun yang ada di Indonesia yang ikut ambil bagian dalam premier film tersebut. Gue datang sebagai blogger yang berhasil mengelabui panitia, wakakakakakk....(tar photo gue bersama kang abik dan om didi petet akan menyusul)

Anyway, gue rampung membaca novel besutan kang Abik sekitar setahun lalu, keapikkan kang Abik membangun sebuah plot cerita dengan karakter-karakter kuat didalamnya memang sudah gak bisa diragukan lagi. Ketika Cinta bertasbih yang juga mengambil setting dan cerita mahasiswa Indonesia di Negeri para Nabi, Mesir, gue pikir lebih membumi jika dibandingkan dengan kakak kandung novel ini yaitu Ayat-ayat cinta, yang juga telah di filmkan dan kala itu berhasil meraup angka penonton yang cukup fantastic 3,5 juta-an penonton. Padahal setting mesir di dalamnya justru tidak dilakukan di mesir, melainkan di India dan menggunakan Blue screen untuk sentuhan piramidnya. Jadi bisa bayangkan bagaimana film ini akan mendapat sambutan yang pasti "lebih" dari film sebelumnya. Bagaimana tidak, selain menyuguhkan landscape Negeri si cantik Cleopatra yang memang terkenal indah luar biasa, kabarnya film ini menghabiskan dana Rp. 40 milliar.

Ketika Cinta Bertasbih memang digarap dengan sangat serius dan detail. Tokoh utama dalam film ini pun didapatkan dari proses audisi yang panjang dan melibatkan orang-orang yang sangat kompeten di bidangnya. Dedi Mizwar, Didi Petet, Neno Warisman hingga sang penulis novel Habiburahman El Shirazy.

Janji Kang Abik bahwa film ini akan dibuat seorisinil mungkin, mengikuti novelnya memang benar adanya. Sejak awal film diputar di screen besar Djakarta Theater, membuat mata gue tak berkedip. sayang rasanya melewatkan setiap scene demi scene dari lanscape Mesir yang disuguhkan dengan indahnya, pemandangan kota Kairo, Sungai Nil yang perkasa, Pyramid yang angkuh, kota Alexandria yang menawan dan pemandangan laut Mediterania, hingga kompleks universitas Al Azhar benar-benar menyejukkan dan memanjakan mata. Film ini kabarnya adalah film pertama di Dunia yang berhasil mengantongi ijin untuk shooting di Universitas Al Azhar Mesir. Ketika Cinta Bertasbih akan premier serentak di 8 Negara dan 3 Benua berbeda. Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Mesir dan Australia.



From Beginig....

Azzam, Mahasiswa Indonesia yang tengah belajar di Universitas Al Azhar adalah sosok pemuda yang sangat islami, gigih menempatkan tingkah lakunya sesuai dengan pedoman dan ajaran agama islam. pemuda 28 tahun yang nyaris melupakan studinya karena lebih memilih menjadi tulang punggung keluarganya di Kartasura, Jawa tengah. Sejak Ayahnya meninggal, secara otomatis dialah yang menjadi tumpuan ibu dan adik-adiknya. Azzam bekerja sangat keras untuk itu, namanya termasyur sebagai mahasiswa yang pandai membuat tempe di Mesir, dan itulah profesi yang digelutinya untuk mengumpulkan uang untuk membiayai kehidupannya dan keluarganya di Indonesia. Selain piawai membuat tempe, Azzam juga dikenal bertangan dingin mengolah makanan traditional Indonesia, hingga keluarga besar Kedutaan Republik Indonesia untuk Mesir kerap mempercayakan jamuan-jamuan untuk relasi kedutaan ada ditangannya. Karena kelihaiannya mengolah makanan Indonesia itupulalah kemudian yang mempertemukan dia dengan Elliana, putri Dubes RI yang sudah terkenal di Mesir. Elliana adalah sosok gadis yang cerdas, menyelesaikan S1-nya di EHESS Prancis dan terhitung baru satu bulan berada di Mesir, namun bisa dengan cepat bersinar di Mesir. Selain cantik, tulisan opininya yang berbahasa Inggris sudah dimuat di koran Ahram Gazette, yang menyoroti peran liga arab yang mandul dalam memperjuangkan martabat anggota-anggotanya. tulisan yang kemudian disorot sebagai perpanduan antara pandangan seorang jurnalis, sastra dan Diplomat ulung membuatnya kemudian menjadi bintang tamu di Nile TV. Elliana yang kemudian terpesona dengan pribadi Azzam pun ditanggapi dingin oleh Azzam, Elliana yang sempat bersinggungan dengan paham kebebasan menurutnya bukan sosok pendamping yang tepat untuknya. Azzam mendambakan sosok muslimah yang utuh untuk calon pendamping hidupnya.

Anna Althafunnisa kemudian menjadi satu sosok perempuan dan muslimah yang bertolak belakang dengan kehidupan Eliana yang mampu membuat Azzam terpesona. Pertemuan yang tidak disengaja karena peristiwa perampokan yang di alami Anna dalam sebuah bus, membuat Azzam pun akhirnya meradang karena Anna ternyata telah di khitbah oleh sahabatnya sendiri, Forqon.

Furqon yang juga merupakan mahasiswa Indonesia yang tengah belajar di Al Azhar. furqon terkenal di kalangan mahasiswa bukan saja karena kepintarannya, tapi juga karena ketampanannya, kaya raya dan punya prinsip kalkulatif. fasilitas super lengkap yang didaptkannya di Mesir membuat sebagian besar waktunya hanya dihabiskan untuk belajar. berbeda dengan Azzam yang nyaris melupakan studynya karena harus bekerja keras demi bisa menghidupi diri dan keluarganya, Furqon justru telah sampai pada masa persiapan tesisnya. inilah yang kemudian membuat Furqon lebih diprioritaskan untuk menjadi pendamping Anna ketimbang Azzam yang kala itu mengkhitbah Anna.

Desakkan sang Ibulah yang kemudian menguatkan dan membulatkan tekad Azzam untuk segera menyelesaikan studynya yang telah dia tempuh selama 9 tahun di universitas Al Azhar. Dan mengantarkannya kembali ke Indonesia dan bertemu dengan keluarganya. Disinilah konflik yang sebenarnya bermula. Di indonesia Azzam mendapati wanita pujaan hatinya akan melangsungkan pernikahannya dengan Furqon, sementara dilain pihak Furqon pun berada dalam dilema antara keinginan menikahi Anna dan janjinya pada kepolisian Mesir untuk tidak menularkan virus HIV yang telah ditularkan oleh seorang wanita sindikat penipuan asal Italia ketika masih berada di Mesir.

Ketika Cinta Bertasbih sejujurnya sangat menguras emosi, dengan berbagai karakter dan plot bercabang yang dibangun Kang Abik. Detail setiap kejadian membuat gue kala itu ingin terus menerus membaca novel ini. sebuah novel "Pembangun Jiwa" yang mengajarkan berbagai kebajikan dari persfektif yang berbeda dan tidak terkesan menggurui. Begitu menguras emosinya Novel ini membuat gue tidak kuasa untuk tidak berlinang air mata. Setiap runutan katanya mampu menyihir gue, hingga menyadari betapa kerdilnya gue dengan setiap dosa yang telah gue lakukan. Garis merahnya tentang persfektif cinta dari sudut Agama, bagaimana mendahulukan kepentingan sendiri jika menyangkut ibadah, tentang akibat dari kebiasaan hidup bermewah-mewah seperti yang dialami Furqon, hingga kerja keras yang digambarkan dalam sosok Azzam niscaya akan membuat hati akan terbuka untuk selnagkah lebih baik dan selangkah lebih baik lagi.

Menonton film Ketika Cinta Bertashih seolah membawa gue membuka lembar demi lembar Novel yang telah dirajut dengan indahnya oleh Habiburahman El shirazy.