Minggu, 18 Februari 2018

Abrakadabra Art B&B


Jogja istimewa, slogan ini memang pas menurut gue disematkan pada kota yang dahulu kala pernah menjadi Ibu Kota Indonesia untuk beberapa saat. Setiap sudutnya memang istimewa untuk ditelusuri. Menjadi salah satu kota destinasi pelancong lokal dan interlokal, eh...maksud gue International, menjadikan kota ini selalu ramai sepanjang tahun.

Gue jatuh cinta pada kota ini sejak 8 tahun lalu, ketika itu gue kencan buta di kota Gudeg ini, tepat di depan Benteng Vredenburg yang lokasinya persis di depan Istana Presiden di Ujung jalan Malioboro. Sejak itu pula, mengunjungi kota Jogja seperti menjadi rutinitas tahunan gue. Selalu ada dalam agenda trip gue 2-3 kali setahun. 

Anyway, Jogja kembali menjadi pembuka acara jalan-jalan gue di awal tahun 2018. Sebetulnya tujuan gue gak hanya jalan-jalan tok, karena agenda besarnya adalah bekerja sebagai Fashion Stylist di sebuah produksi Music Video dari seorang penyanyi jebolan Indonesian Idol 2014. Dan karena sudah kadung berada di kota kesayangan gue ini, maka gue memutuskan stay selama dua malam lagi untuk kembali menjelajahi Kota Jogja.

Lalu dimana gue tinggal?
Setelah check out dari sebuah hotel di area Babarsari, tempat gue dan crew produksi bermarkas dua malam, gue memutuskan untuk pindah kesebuah hostel di Jl. minggiran. Adalah Abracadbara Art B&B yang kemudian menjadi tempat gue menghabiskan dua malam berikutnya. Hostel ini adalah tempat dimana banyak Backpackers dari seluruh dunia tertuju, Adam lavine salah satunya, juwarakkkkk.





Terdegar unik, terletak disebuah komplek perumahan, dengan bangunan tua yang sudah ada sejak tahun 1950-an, pertama kali menginjakkan kaki didepan pagar bangunan yang sudah disulap menjadi semacam art space ini membuat gue takjub sekaligus merinding asoy, gimana enggak, begitu pagar kayu dibuka, gue disambut sebuah pohon besar di halaman rumah lengkap dengan akar-akar tumbuhan yang menjulur manja dari ranting pohon dan genteng rumah, belum lagi sebuah mural hitam putih dengan objek wajah perempuan berkacamata dengan rambut keritingnya lengkap dengan quotos di tembok "Magic becomes art if has nothing to hide" membuat gue seolah disambut nyonya rumah dengan misteriusnya. But, lupakan sedikit pesona horror di halaman muka rumah, mari masuk ke dalam, dan menikmati interior keceh yang terpampang nyatah. Rumah backpackers ini menyuguhkan perkawinan silang antara ethnic things dengan street art. Yang menarik, ambience tempat ini membuat loe serasa berada dirumah sendiri. Begitu masuk rumah, crew Abracadabra akan meminta loe dengan sopan untuk membuka alas kaki, dan menaruhnya distorage khusus yang mereka siapkan di beranda rumah juga living room. 

Ada 7 kamar yang disiapkan dirumah ini, 5 private room dengan dekorasi berbeda, 1 mix Dormitory room, dan 1 female dormitory room. Harga yang ditawarkan pun, ramah bagi para backpackers low budget. Seriouslly. 200K untuk private room, dan 70K (for 1 person 1 night) untuk Dormitory room yg bisa di huni 8 orang. 

Dormitory room is souds good, maka resmilah gw menasbihkan diri menjadi the trully backpackers, stay dua malam di mix dormitory room dengan teman melancong satu bule asal prancis bernama Nathan, satu pria asal bekasi yang beberapa tahun terakhir tinggal di Bali, lalu 3 backpackers asal banjarmasin. Malam pertama terlewati dengan mulus tanpa hambatan, walau gue baru bisa tidur menjelang pukul 2 pagi karena asyik ngedit materi Vlog gw. Tapi malam kedua, kehidupan di dormitory room terkuak sudah dengan sangat jelasnya. Selain suara dengkur yang saling balapan, Suara kentut yg tiba tiba keluar dari pantat siapa menjadi backsound gue yang di malam kedua tetap asyik editting vlog di kasur berkelambu gue.

Setiap kali stay disatu tempat, pertimbangan paling basic buat gue adalah, kamar mandinya harus bersih. And i got it in Abracadabra, dan gak hanya bersih ada banyak kamar mandi dan toilet disini, so walaupun dihuni banyak orang dijamin loe gak akan rebutan kamar mandi seperti di kos-kos an. Lalu satu hal yang unik, loe sangat diperbolehkan mencoret-coret dinding kamar mandi. Meninggalkan jejak apapun disana untuk mengatakan pada orang-orang bahwa loe pernah mampir dan menginap di tempat ini. Keceh! Gue bahkan meninggakkan jejak di dua toilet berbeda, hahahahahaaa...

Walau rumah ini sudah setua kakek nenek loe, tapi sebetulnya Abracadabra Art B&B baru resmi ada 1.5 tahun lalu. Mas Jali as the owner tell me the truth when i got an interview whit him on the rooftop alias Kamar Loteng yang juga menjadi hidden rooms yang tidak dijual ke publik melalui online dan hanya boleh disewa visitors setelah berkunjung 2-3 kali ke Abracadabra and i was booked them for my next trip Insha Allah.

Hal menarik lainnya adalah, loe diwajibkan untuk menyapa penghuni lain, chit chat manja di area living room yg menyatu dengan kitchen area dan mini pool ditengah bangunan ini, suasananya asri, karena keberadaan tanaman berbagai jenis disini. Bahkan mas jali was told me bahwa konsep bangunan Abracadabra Art B&B diadaptasi dari Taman Sari (tempat pemandian raja ratu dan selir-selirnya),  sehingga loe akan menemukan banyak jenis tanaman disini, mulai dari pohon Markisa di beranda kamar loteng, Bunga Kamboja di deoan kitchen yang juga menyatu dengan mini pool dan yang menarik adalah bunga Air mata pengantin. Hahaha...sekali lagi keceh!!!

Soal makanan, jangan syedih sis, loe bisa menemukan banyak makanan disekitar Abrakadabra, hari pertama, gue mencoba menjajal Ayam Geprek yang direkomendasikan sang Owner, lalu karena konsepnya feels like your own home so, loe boleh masak di dapur yang udah mereka siapkan, tapi jangan lupa untuk bersihin dan cuci kembali semua peralatan makan loe by your self, disini tidak menyiapkan Pembantaian alias pembantu. So you have to treat your self.

Stay buat dua malam di Abracadabra makes me in love and i will be back as soon as possible.

Pengen nginep juga di ABRAKADABRA ART B&B ? 
this is the way you need to go THEIR OFFICIAL INSTAGRAM  or MAP 

PS
My vlog when i stay at Abracadabra Art B&B will be posted at My Youtube Channel As Soon As Possible, you only need to go to the site, and turn on the notification icon, if i uploaded the vlog you will be reminding. 

Jumat, 09 Februari 2018

Kau, Aku, & Sepucuk Angpau Merah

Tere liye, penulis novel populer yg beberapa waktu sempat viral karena dua hal: Postingan di laman facebooknya yg menggungkap betapa dia merasa (sebagai penulis) dirugikan karena pembagian royalti dari penjualan novel-novelnya yang tidak fair. Lalu hal lain yang membuatnya semakin mencuat di ranah dunia maya karena postingannya di Instagram yang merasa keberatan atas ulah netizen yang semakin liar menggunakan Quotesnya di photo instagram yang mereka posting di akun berbagi photo sementara quotes yang mereka comot dan bubuhkan sebagai caption diphoto yang dibagi bagikan di media sosial tidak berkaitan dengan quotes yang dicantumkan, alias JAKA SEMBUNG BAWA GOLOK, KAGAK NYAMBUK GOBLOK.

Tapi, bukan itu yang akan gue bahas disini! Melainkan akan mereview dari novel karyanya yang naskahnya kali pertama muncul di facebook sang penulis tahun 2010, berupa novel open source yang diterbitkan berseri, lalu dipublish tahun 2012 dalam bentuk fisik, yang 5 tahun kemudian sudah naik cetak sebanyak 9 kali. Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah.

Ok, lets start it.



Novel ini mengambil setting di kota Pontianak, dengan Tokoh Utama: Borno, seorang laki-laki usia 20-an tahun yang pada akhirnya berprofesi sebagai pengemudi sepit (perahu kecil bermesin tempel) di sungai Kapuas, setelah berkali-kali mencoba bekerja serabutan diberbagai tempat. Ditinggal mati oleh ayahnya yang seorang nelayan diusia 12 tahun membuat Borno harus bekerja keras untuk melanjutkan hidup bersama Ibu semata wayang yang telah mengasuh dan membesarkannya dengan sangat baik, sehingga menjadikannya sebagai sosok pemuda berhati paling lurus di sepanjang aliran sungai Kapuas. Dipaksa berhenti dari pekerjaannya sebagai tukang Robek karcis di Pelampung (sebutan kapal Ferri kecil di Kapuas) oleh ketua perhimpunan pengemudi sepit, Bang Togar, hingga membuatnya harus melanggar wasiat Bapaknya untuk tidak menjadi pengemudi sepit.

Hari pertamanya setelah resmi menjadi pengemudi sepit setelah melewati siksaan Ospek panjang dari Bang Togar, dia jatuh cinta pada gadis Cina yang menjadi penumpangnya dihari pertama yang tak sengaja menjatuhkan surat bersampul merah di dasar sepit yang dikemudikannya.  Bersusah payah menjaga surat yang tak sengaja jatuh itu agar tak dikoyak oleh Andi, sahabatnya, untuk kemudian dikembalikan ke sang empunya ternyata tidak sepenting yang dia perkirakan. Nasi sudah menjadi bubur, perempuan berwajah sendu itu sudah kepalang basah memikatnya dengan seuntai senyum, dan tidak mudah pula bagi Borno untuk menaklukkan perempuan Tionghoa yang punya masa lalu kelam itu hingga membuat Borno harus mengejarnya hingga ke Surabaya. Tapi apa daya, jauh api dari panggangnya. Borno kecewa berat hingga membuatnya terkapar. Beruntung ada sosok Pak Tua, bujang lapuk yang sudah melanglang buana hingga ke ujung dunia yang selalu mendukungnya dengan petuah-petuah rumit yang terkadang susah dimengerti Borno.

Buat gue, novel ini lengkap, plotnya rapih, tata bahasanya cantik menawan, akan mudah menukan deretan bahasa bahasa sastra nan romantis dihalaman demi halamannya, walau suguhan utamanya adalah kisah romansa, tapi percayalah ini bukan cerita cerita cinta picisan disinetron yang tayang striping, membacanya bisa membuat gue pribadi terpompa semangat juang menaklukkan hidup, novel karya kesekian penulis ini sanggup membuat gue tertawa terbahak-bahak juga menangis sekaligus. Novel ini mampu mengobrak abrik perasaan dan tak sanggup berhenti melahapnya hingga halaman terakhir, 507.

Berani coba baca?

The fact is, ini adalah novel ketiganya yang gue baca, honestly im in love! Dan selama ini menyangka bahwa yang namanya Tere Liye adalah PEREMPUAN BERKERUDUNG, dan karena penasaran yang membuncah, gue pun mengobrak abrik laman google dan menemukannya di wikipedia bahwa penulis yang pandai bermain kata-kata ini adalah seorang Pria. Hahahaha gue ketipu mentah-mentah, ketipu yang menyenangkan. 


Sabtu, 03 Februari 2018

Karena Kepepet.


Senja ini setengah badan matahari sudah tertelan tepi kaki langit, meninggalkan bias jelaga kuning kemerah-merahan disana. Penghujung hari yg romantis. Gue terdiam lesu didepan meja mesin jahit, mentafakuri benang kusut dipermukaan kain perca. Setelah dua tahun membelinya dan selama ini dioperasikan oleh penjahit,  Inilah kali pertama gue benar-benar mengoperasikan mesin ini. Kusut masai.

"Lah ngopo mas? Njahit dewe sekarang?" 
Tetiba pria ompong itu muncul didepan pintu rumah kontrakan dengan pertanyaan yg membuat gue mengumpat kesal. 

"Huwanjirrrrrr......bikin Kaget loe ah! Boro-boro ngejahit, ini juga baru mau belajar mas, benangnya kusut semua, menggumpal di skoci ama kain." kata gue sembari melemparkan skoci benang kepermukaan meja mesin jahit.

"Ah, iki mau sampai lebaran gajah juga gak bakal bisa mas. Lah wong ini jalur benangnya salah kabeh eh. Kewolak walek sampeyan masangnya." sahutnya menjelaskan lalu mengambil alih tempat duduk gue dan mulai mengajari cara memasang benang sesuai urutan yang benar.

"Tukang pada kemana emang mas?" tanya dia lagi setelah berhasil membuat gw membuat jalur jahit diatas kain perca. Masih berkelok-kelok seperti sungai di pulau Kalimantan sana. "Latihan aja terus mas, tar juga bisa jahit lurus." katanya lagi, seolah mengerti kekesalan gue yg blm berhasil menjahit secara lurus. Ini masih latihan dasar, menjahit diatas kain perca.

"Tukang gue keluar semua mas. Yang satu karena mau kawin, yang satu dah beberapa minggu lalu keluar. Dia tahu Bos nya sudah diujung tanduk, Bangkrut. Makanya dia pamit berhenti kerja, takut gue gak bisa bayar gajihan dia tiap sabtu sore yang berjuta juta itu barangkali." Wajah gue pasti menggambarkan betapa kecewa dan marahnya gue saat menjelaskan alasan itu.
"Ealaaaaah, ngono toh. Hemmm, nganu mas, iku loh sisa pembayaran mesin obras sampeyan piye? Akhirnya kalimat pamungkas yang sudah gue perkirakan sejak kemunculannya yang tiba-tiba di depan pintu rumah kontrakan gue terucap sudah.
"Sabar ya mas, aku rak ndue duit blas. Nanti kalau sudah ada uang tak bayar yo." jawab gue sambil terus berusaha membuat jalur benang di atas kain perca yg sedang gue jahit tetap lurus. "dua minggu lagi gue mau ikut pameran di Citos tapi gak ada yang jahit, gak punya duit juga buat lempar ke penjahit lain, makanya ini jadi belajar menjahit biar bisa tetap kerja." gue mencoba menjelaskan kondisi pelik yang sedang gw hadapi sambil mata dan konsentrasi gue tetap tertuju pada kain perca yang sedang gue jahit, pandangan gue hanya sekilas beralih ke pria jawa penjual mesin jahit yang saat ini sedang duduk di bangku besi merah di hadapan gue lalu menenggokan kepala gue ke kanan, tempat dimana setumpuk kain tergeletak dilantai rumah.
                         
                                      ***

Crop top  itu selesai gue jahit. Gue mengkombinasikan dua kain sekaligus. Bagian badan  menggunakan bahan kaos yang cukup tebal dengan warna hitam sebagai dasarnya dan pettern bunga mawar biru yang menjadi detail printnya. Lalu bahan kaos warna broken white yang seluruh permukaannya terdapat embos serupa percikan air di kaca jendela sebagai bahan untuk lengannya. Diujung baju gue sematkan renda putih tulang, sebagai detail.  Inilah karya pertama gue. Mungkin ini perwujudan design gue yang keseribu sekian, sekaligus menjadi karya pertama gue sebagai penjahitnya.

Tidak mudah, gue membutuhkan 12 jam untuk menyelesaikannya, menjahit sembari belajar tutorial menyatukan berbagai pola bagian baju dari Google. Semalam suntuk gue memaksakan diri menyelesaikan baju ini, dan sekarang sudah pukul 7 pagi. gue butuh tidur sejenak.

                                        ***

To Be Continue